Rabu, 21 September 2011

Muhasabah - Yuk ingat akan kematian kapanpun ...


Terkadang saat ide menulis datang, kesempatan untuk menuangkannya tidaklah semudah seperti membayangkannya. Apalagi saya adalah orang yang bertipe "mood-mood"an, sehingga untuk menulis seperti ini mesti nunggu mood yang enak dulu.


Ceritanya, hari ini anak saya yang nomer empat [mas Thariq] genap berusia 4 tahun. Number 4 become 4th years old. Kedengaran sangat spesial. Tapi sebagaimana tradisi yang coba saya bangun di keluarga saya, tidak ada acara ucapan selamat, kegiatan peringatan dan perayaan sebagaimana yang biasa dilakukan orang orang pada umumnya, seperti Make a wish dan tiup lilin. Kegiatan seperti itu tidaklah dicontohkan oleh Rasulullah dan bukan budaya dari orang Islam sehingga tidaklah patut dicontoh apalagi diikuti. Sekedar berkumpul kemudian makan bersama tentu saja boleh, toh hal itu juga kita lakukan setiap hari. Mungkin hanya variasi menu saja yang dibuat berbeda, agar tercipta nuansa yang sedikit lain dibanding hari hari sebelumnya.


Momentum seperti ini, bagi saya sebagai ayahnya, saya gunakan untuk instropeksi diri bagaimana tanggungjawab sebagai seorang ayah terhadap anaknya, sudahkah dipahami, dijalankan dan ditunaikan dengan baik dan maksimal ? Apakah saya sudah mengenalkan Alloh dan Rasul kepadanya ? Apakah sudah diajarkan AlQuran, Sholat dan kewajiban kewajiban agama lainnya ? Bagaimana dengan keteladanan, sudahkah saya contohkan ? dan begitu banyak pertanyaan pertanyaan lain, yang mungkin akan bermuara pada kesimpulan, sudahkah saya menjadi ayah yang baik baginya ?


Bertambahnya usia anak, berarti bertambah pula usia ayahnya. Lalu bagaimana kewajiban saya terhadap diri saya sendiri, yang semakin hari semakin menjadi tua. Walau masih dalam rentang usia 30an, rambut saya telah tumbuh uban [rambut putih], yang menandakan saya sudah menjadi tua dan semakin dekat dengan kematian. Toh kematian juga kadang tidak mesti menunggu datangnya usia tua. Tapi paling tidak ada pertanyaan besar, persiapan seperti apa yang sudah saya lakukan untuk menghadapi dan menjalani proses kematian yang sudah pasti jadwal tanggal dan jam mainnya ?



Pun, bertambahnya usia anak, bertambah usia ayahnya, dan bertambah pula usia kakek dan neneknya. Alhamdulillah sampai saat ini, keempat kakek dan nenek mas Thariq dari jalur saya dan istri saya masih lengkap hidup di dunia ini. Namun proses bergulirnya waktu juga menandakan semakin dekatnya perpisahan dengan mereka semua melalui saat kematian. Amal sholeh seperti apa yang sudah saya persembahkan untuk membahagiakan mereka semua ? dan bilamana saat kematian mereka tiba mendahului saat kematian saya, persiapan apa yang saya miliki ? Membayangkan untuk memandikan, mengkafani, mensholatkan, kemudian menggotongnya hingga kubur, memasukkan ke dalam liang kubur, yang hal semacam ini belum pernah saya lakukan hingga ini, sanggupkah saya melakukan ini semua ?

Semoga introspeksi semacam ini dapat membangkitkan lagi semangat untuk terus beribadah kepada Alloh SWT, menuntut ilmu, menjalankan kehidupan dalam koridor sebagaimana digariskan oleh Agama ini, sehingga dapat menuntun kepada akhir yang baik, khusnul khotimah dan masuk kedalam Surga-Nya.

Amin, Yaa Robbal 'alamin.

Tidak ada komentar: